Acehupdate.net, SIGLI – Penjabat (Pj) Bupati Pidie, Drs Samsul Azhar meresmikan tugu aneuk mulieng (anak melinjo) di Bundaran Lampu Merah, Kota Sigli, Pidie, Kamis (2/1/2025).
Icon megah berupa tugu aneuk muling ini telah dirintis sejak tahun 2021 dan kini sah sudah berdiri dengan kokohnya.
Tugu ini memiliki perumpaan satu buah mulieng besar, 23 bentuk aneuk mulieng kecil dan 22 titik air mancur.
Diketahui, pembangunan tahap pertama dengan nilai Rp 4,7 miliar bersumber dana DOKA Tahun 2022, serta rampung tahapan pertama akhir Desember 2022.

Sedangkan lanjutan tahap ke dua bersumber dana bantuan Bank Aceh Provinsi Aceh, sebesar Rp2 miliar yang dikerjakan oleh PT Citra Karsa (CK) di bawah pimpinan, H Ichwan.
Proyek Bundaran tugu aneuk mulieng di titik jalan lingkar Kenire Sigli merupakan icon Kabupaten Pidie sebagai daerah lumbung melinjo dengan julukan daerah penghasil kerupuk mulieng.
Proyek ini sepenuhnya di bawah kewenangan Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Pemukiman (Perkim) Pidie.
Tugu Aneuk Mulieng ini memiliki diameter sekira 30 meter dengan tinggi 17 meter letaknya tepat simpang empat jalur Sigli- Medan.
Pj Bupati Pidie, Drs Samsul Azhar dalam sambutan saat meresmikan tugu tersebut mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang sudah mendukung ‘lahirnya’ tugu aneuk mulieng ini.
Dia mengatakan, ada yang berpendapat tugu ini sempat mangkrak dan lainnya hingga muncul suara sumbang yang menyudutkan.
“Ini yang terjadi sebenarnya adalah delay karena alasan sistem. Sempat ada yang demo meminta segera diselesaikan tugu ini. Saya juga rasanya ingin demo.
Hingga akhirnya bisa lega hari ini sudah resmi tugu ini berdiri di sini. Saya mengucapkan terimakasih pada semua pendapat. Ketika saya staf ahli sempat berbincang secara bebas. Berawal dari ide dan gagasan. Kita harus berubah. Susun dalam konsep dan terperinci. Dari sebuah konsep kapan bilamana dari momen kita bergerak lagi,” ujar Pj Bupati Pidie.
Di sisi lain, Pj Samsul Azhar berharap supata kehadiran tugu mulieng ini menjadi milik semua masyarakat Pidie. “Marilah kita jaga bersama-sama. Jangan sampai rusak dan tercemar. Ini tugu milik kita bersama,” ujarnya.
Dikatakan, Pidie sebagai daerah penghasil melinjo dan daerah ini cukup dikenal dengan negerinya emping melinjo.
“Ke depan supaya kita tahu punya bibit yang harus kita lestarikan. Menanam 1 batang 1 rumah,” ungkapnya.
Di sisi lain, dikatakan, faktanya kehidupan ini mengandalkan dana transfer pemerintah. Karena kurang mencari sumber lain.
“Dana transfer harus disertai pengelolaan dengan baik, disiplin mengelola anggaran. Agar perputaran di masyarakat lancar. Usahakan gunakan produksi dalan negeri. Bagaimana pendapatan asli daerah meningkat,” katanya.

Pencetus
Sementara itu, pelopor pencetus tugu aneuk muling sudah dimulai sejak tahun 2021 masa pemerintah sebelumnya, salah satu pejabat ikut terlibat langsung dalam menjadi pencetus adalah mantan Kepala Bappeda Pidie, H Muhammad Adam ST MM dan juga Kepala Dinas Perkim Pidie, Thantawi ST MT.
Desain gambar anak mulieng ini juga melibatkan seorang putra Pidie asal Ujung Rimba, DR Zulhadi.
Jangan Sekedar Simbol
Sementara itu, sejumlah masyarakat Pidie berpendapat tugu Aneuk Mulieng, ikon baru Kota Sigli bukan sekadar simbol, melainkan memiliki makna mendalam dalam mendorong ekonomi masyarakat Kabupaten Pidie.
Drs. Isa Alima, mantan anggota Dewan Kabupaten Pidie sekaligus Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Patriot Bela Nusantara (PBN) Aceh, menyampaikan bahwa Tugu Aneuk Mulieng dirancang sebagai ikon kota Sigli yang mampu memotivasi komoditi ekonomi untuk meningkatkan pendapatan masyarakat.
“Makna Tugu Aneuk Mulung adalah lahirnya sarjana dari hasil kebun melinjo dan produksi kerupuk mulieng. Ini menjadi wujud nyata upaya kami agar masyarakat Pidie tidak hanya terpaku pada simbol, tetapi benar-benar dapat meningkatkan taraf hidupnya melalui potensi lokal,” ujar Isa Alima.
Ia menambahkan bahwa keberadaan ikon ini diharapkan mampu memotivasi masyarakat untuk mengelola hasil bumi mereka, khususnya melinjo, menjadi produk unggulan dan bernilai tinggi seperti kerupuk mulieng. Dengan demikian, potensi ekonomi berbasis kearifan lokal dapat berkembang dan menghasilkan generasi sarjana dari hasil usaha mandiri keluarga.
“Ini adalah harapan besar bagi Pidie agar Tugu Aneuk Mulieng tidak hanya menjadi monumen, tetapi juga menjadi simbol kebangkitan ekonomi masyarakat,” tegasnya.
Dengan diresmikannyaTugu Aneuk Mulieng, masyarakat Pidie diharapkan semakin termotivasi untuk memanfaatkan sumber daya lokal sebagai pilar ekonomi yang berkelanjutan, tutup Isa.
Hal senada juga disampaikan Ketua Pewarta Warga Indonesia (PPWI) Pidie, Zulkarya mengatakan, kelanjutan dan pemeliharaan Tugu Aneuk Mulieng ini supaya tidak berhenti di peresmian tapi yang sangat penting adalah pemeliharaan,.
Begitu juga semisal aset daerah lainnya dengan gedung PCC yang begitu megah tapi pemeliharaan sangat minim jadi berharap pemerintah ke depan mengangarkan dana pemeliharaan kedua bangunan tersebut setiap tahun. (*)