Penderita HIV/AIDS Di Banda Aceh Meningkat, Ini Kata Psikolog

"Sering kali rasa takut ketika seseorang ditemukan dengan pernyataan positif HIV, dan penderita rata-rata butuh waktu baginya untuk menerima status HIV pada penderita" tambahnya

BERITA450 Dilihat

Acehupdate.net, BANDA ACEH–Psikolog, Endang Setianingsih mengaku khawatir dengan peningkatan kasus pengidap HIV/AIDS di Banda Aceh berdasarkan data terbaru dari Kementerian Kesehatan RI periode Januari – September 2024.

“Melihat balok angka HIV di Banda Aceh menjadi saya khawatir, ada apa dengan Aceh. Adakah keseriusan kita semua dalam menangani virus HIV yang dapat menyerang seseorang yang terpapar langsung dengan virus tersebut ?” ujarnya.

Endang mengatakan dalam hal ini seseorang dapat terpaparĀ  melalui hubungan seksual tanpa pengaman dengan penderita HIV, kontak langsung dengan cairan penderita HIV di bagian tertentu tubuhnya, penularan lewat jarum suntik, dari ibu ke bayi yg dilahirkan.

Lebih lanjut Dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Aceh ini menjelaskan bila seseorang sudah terpapar dengan virus HIV maka Penderita HIV akan mengalami dampak psikologis yang biasanya sangat identik dengan gangguan mental sipenderita HIV dan bahkan emosional tidak stabil. Penderita HIV sangat membutuhkan dukungan yang besar dalam menghadapi status penderitaan HIV ini.

“Pemahaman ini sangat penting untuk pengobatan penderita HIV. Bila penderita HIV adalah anak dan remaja kemungkinan anak akan mengalami gangguan kesehatan mental lebih parah dari orang dewasa” katanya.

Selain itu penderita juga akan mengalami depresi dikarenakan berbagai hal misalnya tekanan yang membuat dirinya stres, kesulitan hidup dikarenakan lingkungan tidak mendukung dan efek samping pengobatan semakin parah penyakitnya, semakin besar pula dampaknya terhadap kesehatan mental.

Endang menjabarkan lagi dampak Psikologi terhadap Penderita HIV yaitu isolasi diri . Hal ini dikarenakan rasa takut yang luar biasa sehingga penderita HIV melakukan isolasi dirinya, penderita dengan rasa ketakutan akan stigmatisasi atau ketakutan untuk mengungkapkan. Hal ini biasanya memiliki efek traumatis. Oleh karena itu kelompok pendukung dan kelompok sebaya diperlukan untuk mengendalikan efek ketakutan. Ketakutan telah mengakibatkan banyak kematian .

“Sering kali rasa takut ketika seseorang ditemukan dengan pernyataan positif HIV, dan penderita rata-rata butuh waktu baginya untuk menerima status HIV pada penderita” tambahnya

Untuk hal tersebut kiranya, penderita dalam periode ini ditandai dengan traum, ketakutan , stres dan sangat terbebani kehidupan penderita HIV.

Selain itu kata Endang, adanya diskriminasi dan stigma yang muncul dari lingkungan pada penderita HIV. Penderita akan mendapatkan kedua lebel yg diberikan padanya dan ini dapat menyebabkan terbatasnya pilihan untuk bekerja, menikah, berinteraksi dengan lingkungan atau bahkan dikucilkan dan bahkan terjadi perceraian.

“Stigmatisasi dan diskriminasi membuat penderita HIV mengalami ketakutan, hal ini bisa menjadi hambatan terhadap pengobatan HIV, sehingga penderita semakin terperosok dan akhirnya lari ke hal-hal yang negatif seperti penggunaan penyalahgunaan zat” ungkap Endang

Terakhir Endang mengatakan seharusnya lingkungan dapat memberikan dukungan pada penderita HIV , dengan adanya pengetahuan terkait HIV, perawatan, dan dukungan keluarga dan kelompok sebaya sangat penting karena tidak hanya memberikan stabilitas mental, ekonomi, dan sosial bagi ODHA, tetapi juga mengurangi stres yang mereka hadapi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *