Petani Tambak Lhokseumawe Manfaatkan Limbah Organik untuk Pakan Udang

BERITA, DAERAH259 Dilihat

Acehupdate.net, LHOKSEUMAWE – Petani tambak di Gampong Padang Sakti, Kecamatan Muara Satu, Lhokseumawe, berhasil mengolah limbah organik menjadi pakan udang. Inovasi ini mendapat dukungan dari PT Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagut melalui Integrated Terminal (IT) Lhokseumawe sebagai bagian dari upaya mendukung ekonomi sirkular dan keberlanjutan lingkungan.

IT Manager Lhokseumawe, Revi Mei Arisandi, menjelaskan bahwa bahan utama pakan alternatif ini berasal dari limbah jeroan ikan dan ayam serta ikan rucah. Program ini bertujuan mengurangi ketergantungan petambak pada pakan komersial sekaligus menekan limbah pasar hingga 2.250 ton per tahun.

“Melalui serangkaian pelatihan dan pendampingan teknis, para petani tambak dibekali keterampilan dalam meracik pakan alternatif, mulai dari pemilihan bahan baku, teknik pengolahan, pencampuran, pembentukan pellet, pengeringan, hingga penyimpanan dan manajemen pemberian pakan yang lebih efisien,” ujar Revi, Jumat, 7 Maret 2025.

Revi menambahkan, produksi pakan mandiri ini mampu menghemat biaya operasional hingga Rp3.682.000 per siklus serta meningkatkan produktivitas tambak. Program ini juga selaras dengan komitmen perusahaan dalam mendukung pembangunan berkelanjutan, khususnya dalam pemberdayaan ekonomi dan lingkungan.

Menurutnya, tingginya harga pakan komersial kerap menjadi kendala utama bagi petani tambak. Oleh karena itu, inovasi ini diharapkan dapat menjadi solusi yang dapat direplikasi oleh kelompok petani tambak lainnya.

“Kami berharap inisiatif ini dapat menjadi model yang bisa diterapkan di daerah lain, sehingga manfaatnya lebih luas. Selain meningkatkan kemandirian petambak, program ini juga mendukung konsep ekonomi sirkular dengan memanfaatkan limbah menjadi sumber daya bernilai,” tuturnya.

Lebih lanjut, Revi menyampaikan bahwa program ini direncanakan menjadi pusat studi budidaya udang di Lhokseumawe pada 2028. Pusat studi ini akan difungsikan sebagai tempat pelatihan dan penelitian bagi petani, akademisi, serta pihak lain yang tertarik dengan budidaya berkelanjutan.

Sementara itu, Muhrizal, salah satu petani tambak di Gampong Padang Sakti, mengungkapkan bahwa inovasi ini membawa perubahan besar bagi kelompoknya. Sebelumnya, mereka kesulitan melanjutkan usaha akibat tingginya harga pakan komersial.

“Tambak di Gampong Padang Sakti dikelola oleh 15 kelompok petani, masing-masing beranggotakan 4 hingga 6 orang. Dengan pendampingan yang diberikan, kini kami bisa membuat pakan sendiri dengan bahan yang mudah didapat dan murah. Tambak kami kembali berproduksi, dan hasil panennya pun meningkat,” ujar Muhrizal.

Ia menambahkan, program ini juga mendukung berbagai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya dalam aspek ekonomi dan lingkungan. Dari sisi ekonomi, program ini selaras dengan SDGs 1 (Tanpa Kemiskinan) dan SDGs 8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi), karena membantu petambak menekan biaya produksi serta menciptakan peluang usaha baru.

“Dari sisi lingkungan, pengolahan limbah menjadi pakan udang mengurangi jumlah sampah organik yang terbuang dan menekan emisi gas rumah kaca akibat pembusukan limbah yang tidak terkelola,” sebutnya.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *