Ketua Majelis Ulama Aceh Diundang ke Uni Emirat Arab, Isi Materi pada Seminar Fatwa Isu Kontemporer

BERITA146 Dilihat

Acehuppdate.net, BANDA ACEH – Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh, Tgk H. Faisal Ali, kembali mendapat undangan untuk memberikan materi pada seminar internasional di luar negeri.

Kali ini, undangan untuk Ketua MPU Aceh datang dari Universitas Syaikh Muhammed bin Zayed untuk Humaniora atau Mohamed Bin Zayed University for Humanities (MBZUH) yang bermarkas di Abu DhabiUni Emirat Arab.

Dikutip Acehupdate.net dari  Serambinews.com, Senin (14/4/2025), Tgk Faisal Ali sudah berada di Abu Dhabi untuk memenuhi undangan dimaksud.

Data diperoleh, undangan kepada Ketua MPU Aceh untuk mengisi materi seminar internasional di Universitas Mohamed Bin Zayed ini ditandatangani oleh Dr. Khalifa Mubarak Zahari, (Direktur Universitas) pada tanggal 29 April 2025.

Dalam undangan tersebut, Ketua MPU Aceh diundang untuk hadir dan memberi materi pada acara Konferensi Studi Islam Ketiga dengan tema “Kewarganegaraan, Identitas, dan Nilai-Nilai Koeksistensi”.

Kegiatan ini berlangsung di Abu Dhabi Uni Emirat Arab pada tanggal 15 dan 16 April 2025.

Konferensi ini akan membahas topik-topik utama berikut:
1.    Kewarganegaraan dan Kepemilikan: Pendekatan Filosofis dan Dimensi Nilai
2.    Kewarganegaraan dalam realitas kontemporer
3.    Kewarganegaraan dan Tantangan Masa Depan: Peluang dan Harapan.

Menyahuti undangan tersebut, Ketua MPU Aceh Tgk Faisal Ali hadir dengan membawa makalah berjudul “Kewarganegaraan dan Rasa Kebersamaan: Pendekatan Filsafat dan Dimensi Nilai.”

Dalam makalah setebal 14 halaman yang disusun dalam bahasa Arab itu, Tgk Faisal Ali mengupas tentang kewarganegaraan dalam realitas kontemporer, pandangan Islam menyikapi bentuk negara bangsa, status non-Muslim dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, serta realitas dan tantangan kewarganegaraan dalam dunia modern.

“Menuju masa depan, penting untuk membangun paradigma baru kewarganegaraan Islam yang inklusif dan humanistic, berbasis maqaṣid al-shari‘ah, serta mengedepankan dialog dan koeksistensi damai,” demikian antara lain bunyi makalah tersebut.

Terkait dialog dan koeksistensi damai ini, Tgk Faisal Ali mengutip pendapat Fakhruddin al-Razi dalam kitab kTafsir al-Kabir yang menjelaskan makna QS. al-Ḥujurāt: 13 sebagai penegasan bahwa keberagaman etnis dan sosial adalah bagian dari sunnatullah, yaitu kehendak dan hukum alam ciptaan Allah.

“Wahai manusia! Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, lalu Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Mengenal.”

Menurut al-Razi, ayat ini mengajarkan bahwa perbedaan bukanlah sumber permusuhan, melainkan landasan untuk membangun dialog, saling menghormati, danhidup berdampingan secara damai

 

Islam tidak mengajarkan penyeragaman, tetapi mendorong koeksistensi yang adil dengan menjadikan takwa sebagai ukuran utama kemuliaan. Bukan suku, ras, atau status sosial.

Sekilas tentang Universitas Mohammed bin Zayed 

Dikutip dari beberapa sumber, Universitas Sheikh Mohammed bin Zayed dapat merujuk pada dua lembaga pendidikan tinggi terkemuka yang berada di Abu DhabiUni Emirat Arab (UEA).

Kedua universitas dimaksud adalah, Universitas Kecerdasan Buatan Mohamed bin Zayed (MBZUAI) dan Universitas Mohamed bin Zayed untuk Ilmu Humaniora (MBZUH).

Nama kedua universitas ini merujuk kepada nama Presiden UEA, Yang Mulia Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan.

Adapun Universitas Kecerdasan Buatan Mohamed bin Zayed (MBZUAI), adalah lembaga penelitian dan pendidikan pascasarjana yang berfokus pada kecerdasan buatan.

Para pemimpin visioner UEA mendirikan MBZUAI untuk mendidik dan mengembangkan bakat terbaik, membina ekosistem inovasi , dan bertindak sebagai wadah pemikir strategis bagi sektor publik dan swasta.

Universitas memiliki peran penting dalam berbagai tujuan strategis Pemerintah UEA , dengan AI yang diidentifikasi sebagai komponen penting untuk pertumbuhan dan kemakmuran di masa depan.

Visi dan misi strategis MBZUAI sendiri bekerja secara paralel untuk memposisikan Abu Dhabi sebagai pusat komunitas AI internasional.

Universitas ini menarik para pemikir dan pelaku kelas dunia dalam visi komputer, pembelajaran mesin, pemrosesan bahasa alami, dan seterusnya.

Sementara Universitas Mohamed bin Zayed untuk Ilmu Humaniora (MBZUH) juga merupakan salah satu universitas negeri terkemuka di Abu Dhabi, yang menawarkan berbagai program akademik dalam bidang humaniora, ilmu sosial, dan filsafat.

Universitas ini mempromosikan budaya Islam dan Arab dalam bentuk yang dimodernisasi, sejalan dengan nilai-nilai dan prinsip di UEA, yang mencakup penghormatan terhadap hak asasi manusia, keharmonisan, dan moderasi.

“Kami menyediakan gelar sarjana dan pascasarjana dalam Studi Islam serta Bahasa dan Sastra Arab. Kami membantu mahasiswa kami untuk mengembangkan kesadaran global dan memberikan dampak positif di dunia. Kampus utama universitas ini berada di Abu Dhabi, dengan kampus satelit di Ajman,” seperti dikutip Serambinews.com dari website resmi milik MBZUH (mbzuh.ac.ae).

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *