Mengenal Mualem, Dari Gerilyawan hingga Gubernur Aceh

BERITA, DAERAH470 Dilihat

Acehupdate.net, BANDA ACEH – Muzakir Manaf alias Mualem resmi dilantik sebagai Gubernur Aceh untuk periode 2024-2029 di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA), Rabu, 12 Februari 2025. Kepemimpinannya selama lima tahun ke depan menjadi babak baru bagi provinsi paling ujung barat nusantara.

Nama Mualem bukanlah sosok asing bagi masyarakat Aceh. Pria kelahiran Seunuddon, Aceh Utara, pada 3 April 1964, ini dikenal sebagai tokoh dengan rekam jejak panjang dalam politik dan perjuangan Aceh. Kariernya mulai dikenal luas ketika ia aktif dalam Gerakan Aceh Merdeka (GAM), di mana ia dipercaya sebagai Panglima Perang GAM pada 2002 hingga tercapainya kesepakatan damai dengan pemerintah Indonesia.

Semangat perjuangan Mualem sudah terlihat sejak muda. Pada usia 22 tahun, putra pasangan Manaf dan Zubaidah ini menempuh pendidikan militer di Camp Tajura, Libya, selama tiga tahun (1986-1989). Tak hanya menjadi prajurit biasa, ia bahkan dipercaya sebagai pengawal pribadi pemimpin Libya kala itu, Muammar Khadafi.

Sepulang dari Libya, ia kembali ke Aceh dan bergabung dengan pasukan GAM. Kiprahnya di medan perjuangan menjadikannya figur yang dihormati di kalangan kombatan. Pada 2002, ia ditunjuk sebagai Panglima Perang GAM, sebuah posisi strategis dalam struktur militer kelompok tersebut.

Kesepakatan damai Helsinki pada 15 Agustus 2005 menjadi titik balik bagi Mualem. Ia terlibat aktif dalam transisi mantan kombatan GAM ke kehidupan sipil dengan menjabat sebagai Ketua Komite Peralihan Aceh (KPA) pada 2005-2016. Organisasi ini berperan dalam mengintegrasikan eks-kombatan GAM ke dalam masyarakat dan memastikan implementasi poin-poin perjanjian damai berjalan sesuai kesepakatan.

Pada 2007, Mualem mendirikan Partai Aceh sebagai kendaraan politik bagi mantan pejuang GAM. Partai ini dengan cepat menjadi kekuatan politik dominan di Aceh. Ia dipercaya sebagai ketua pertama partai tersebut dan memimpin Partai Aceh dalam berbagai kontestasi politik, termasuk pemilihan legislatif dan kepala daerah.

Mualem memasuki dunia pemerintahan dengan menjabat sebagai Wakil Gubernur Aceh mendampingi Zaini Abdullah. Selama lima tahun, ia berperan dalam berbagai kebijakan pembangunan dan rekonsiliasi di Aceh. Setelah masa jabatannya berakhir pada 2017, ia mencalonkan diri sebagai gubernur dalam Pilkada, tetapi kalah dari Irwandi Yusuf. Meski mengalami kekalahan, Mualem tetap aktif di dunia politik dan terus memainkan peran dalam dinamika politik Aceh.

Kembali mencalonkan diri dalam Pilkada 2024, ia akhirnya memenangkan kontestasi dan kembali dipercaya untuk memimpin Aceh sebagai gubernur. Dengan pengalaman panjang di bidang militer, politik, dan pemerintahan, kepemimpinan Mualem diharapkan mampu membawa Aceh menuju era baru yang lebih stabil dan sejahtera. Tantangan ke depan tentu tidak mudah, mulai dari pertumbuhan ekonomi, pembangunan infrastruktur, hingga kesejahteraan sosial.

Namun, dengan rekam jejak kepemimpinannya yang kuat, banyak pihak optimis bahwa Aceh akan semakin maju di bawah kepemimpinannya. Gelar “Mualem” tetap melekat padanya, bukan hanya sebagai penghormatan atas kiprah militernya di masa lalu, tetapi juga sebagai simbol kepemimpinan yang diharapkan dapat membawa Aceh ke arah yang lebih baik.***

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *