Suami Harus Hindari Sifat Dayyuts

BERITA51 Dilihat

ACEH BESAR – Salah satu sifat tercela dalam Islam adalah dayyuts, yaitu sikap cuek, tidak peduli, atau diam saja ketika istri atau anggota keluarga melakukan perbuatan yang bertentangan dengan ajaran agama. Karena itu, suami harus menghindari sifat dayyuts ini.

Ketua Umum Dayah Mabdaul ‘Ulum Al-Aziziyah, Banda Aceh, Tgk. Syahrial Maulidin M. Jakfar menyampaikan hal itu dalam khutbah Jumat di Masjid As-Sajidin, Komplek Tanjung, Kecamatan Ingin Jaya, Aceh Besar, 1 Agustus 2025 bertepatan dengan 7 Safar 1447 H.

Tgk. Syahrial mengutip firman Allah dalam Surah At-Tahrim ayat 6: “Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka, dan (selalu) mengerjakan apa yang diperintahkan.”

“Di antara sifat mulia yang harus dimiliki seorang mukmin, khususnya seorang ayah atau suami, adalah sifat ghirah atau kecemburuan terhadap kehormatan keluarganya,” ujarnya.

Sahabat Nabi bernama Sa’ad bin Ubadah yang pernah berkata kepada Rasulullah SAW: “Seandainya aku melihat seorang lelaki bersama istriku, niscaya akan kupukul dia dengan pedang yang tajam.”

Rasulullah menanggapi, Allah lebih cemburu dari Sa’ad, dan karena kecemburuan-Nya itulah Allah mengharamkan segala bentuk perbuatan keji, baik yang tampak maupun yang tersembunyi.

Tgk. Syahrial menjelaskan, kebalikan dari sifat ghirah adalah dayyuts, yaitu sikap tidak peduli saat istri atau anggota keluarga melakukan perbuatan maksiat atau melanggar norma agama.

“Semoga Allah melindungi kita dari sifat ini,” ujarnya.

Ia mengutip hadits Nabi yang menyebutkan bahwa ada tiga golongan yang diharamkan masuk surga: pecandu khamar (pemabuk), anak yang durhaka kepada orang tuanya, dan dayyuts, yaitu orang yang membiarkan perbuatan keji terjadi di dalam keluarganya.

Tgk. Syahrial menguraikan beberapa ciri dayyuts, antara lain: membiarkan istrinya bergaul bebas dengan laki-laki lain; membiarkan istri keluar rumah dengan pakaian yang membuka aurat; membiarkan anak perempuannya berpacaran atau keluar malam bersama pria yang bukan mahramnya; serta membiarkan istri dan anak-anak perempuan berjoget membuka aurat, direkam, dan disebarkan melalui media sosial seperti TikTok dan Instagram.

“Jika sifat ini dibiarkan menyebar dalam masyarakat, maka kerusakan moral akan meluas. Umat akan semakin rusak,” tegasnya.

Dalam kitab Adab al-Islam karya Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki yang menyebutkan bahwa akan datang suatu zaman di mana perbuatan mesum dilakukan di tengah jalan. Saat itu, ada orang yang menasihati, “Seandainya kalian mau menyingkir dari jalan saat melakukannya…” Maka orang yang menasihati itu telah setara dengan Abu Bakar dan Umar dalam keberaniannya.

“Jika hadits ini disampaikan 30 tahun lalu, mungkin terdengar mustahil. Tapi hari ini, ketika kita menyaksikan berbagai bentuk kemaksiatan yang dipamerkan secara terbuka, kita semakin yakin akan kebenaran sabda Rasulullah SAW tersebut,” tuturnya.

Di akhir khutbahnya, Tgk. Syahrial mengajak jamaah merenungkan kondisi zaman sekarang: “Masih adakah jenis maksiat yang belum dipertontonkan? Wanita membuka aurat, bermesraan di tempat umum, bahkan menyiarkan perbuatan maksiat secara langsung di media sosial…”

Ia menegaskan, semua itu terjadi karena para suami dan ayah bersikap dayyuts, tak lagi memiliki rasa cemburu terhadap kehormatan keluarga dan enggan menasihati anggota keluarganya yang berbuat dosa.

“Segala perbuatan keji dalam keluarga adalah tanggung jawab suami dan ayah yang membiarkan dan tidak menegur. Semoga Allah menolong kita, memperbaiki keluarga kita, dan memberikan hidayah kepada para pemuda-pemudi kita,” tutupnya. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *