Radikalisme Tumbuh Dalam Pemahaman Agama Sempit dan Pembelajaran Otodidak

BERITA, DAERAH373 Dilihat

Acehupdate.net, BANDA ACEH – Ketua Ikatan Alumni Timur Tengah (IKAT) Aceh, Khalid Mudatstsir, mengatakan kelompok radikal sering kali berlindung di balik ajaran agama. Padahal agama, pada dasarnya, mengajarkan kedamaian dan kasih sayang.

“Hal ini didorong oleh pemahaman agama yang sempit dan belajar secara otodidak. Dua hal ini menjadi penyebab utama seseorang terjerumus dalam radikalisme,” kata Khalid dalam diskusi yang digelar Dewan Eksekutif Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) bertajuk Radikalisme: Ancaman, Penyebab, dan Strategi Pencegahan, kemarin.

Khalid mengatakan mahasiswa adalah kelompok rentan terpengaruh radikalisme. Hal ini tersebab mahasiswa masih dalam tahap pencarian jati diri. Khalid juga menggarisbawahi bahwa radikalisme mengancam banyak hal, mulai dari keamanan nasional hingga kehidupan akademik dan kebebasan berpikir mahasiswa.

“Radikalisme sendiri ada sejak zaman Rasulullah dengan kelompok tertentu yang menyalahgunakan agama demi kepentingan politik,” kata Khalid.

Sementara bekas Ketua FKPT Aceh, Mukhlisuddin Ilyas, mengatakan radikalisme dapat memengaruhi siapa saja, termasuk akademisi dan pejabat. Adapun kelompok paling rentan terpengaruh radikalisme adalah perempuan, anak-anak, dan mahasiswa.

“Media sosial kini menjadi alat utama bagi kelompok radikal untuk menyebarkan propaganda mereka,” kata Mukhlisuddin.

Adapun sikap intoleran menjadi pintu masuk utama radikalisasi. Karena itu, kata dia, penting untuk meningkatkan sikap toleransi. Pada kesempatan itu, Profesor Kamaruzzaman, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Ar-Raniry, mengatakan jaringan radikalisme di Indonesia memiliki sejarah panjang, termasuk keterlibatan alumni Arab-Afghanistan yang menjadi pelaku aksi teror. Pola perekrutan oleh kelompok radikal ini juga berubah.

“Metode rekrutmen kelompok radikal bergeser dari perekrutan fisik ke digital,” kata Kamaruzzaman.

Kamaruzzaman mengatakan Aceh pernah diprediksi menjadi basis utama gerakan radikal di Asia Tenggara. Hal ini perlu dijadikan perhatian sehingga faham itu tidak berkembang di Aceh.*

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *