Pelaku Bunuh Anak Kandung di Bener Meriah Ternyata Korban Trauma Konflik Aceh

BERITA, DAERAH21 Dilihat

BENER MERIAH – SA (48), pelaku pembacokan terhadap putranya, Tuahdi (24), hingga tewas di Kampung Bintang Berangun, Kecamatan Pintu Rime Gayo, Bener Meriah, ternyata merupakan korban trauma panjang konflik Aceh. Ia bahkan pernah menjalani perawatan di Rumah Sakit Jiwa Simalungkat, Medan, Sumatera Utara, serta RS Jiwa Tuntung, pada 2003 silam.

Hal tersebut disampaikan mantan Panglima GAM Wilayah Linge yang juga Deputi I Badan Reintegrasi Aceh (BRA), Fauzan Azima, yang masih memiliki hubungan keluarga dengan SA.

Menurut Fauzan, akar persoalan bermula pada tahun 2000, ketika SA bersama istri dan anaknya meninggalkan kampung halamannya di Jamur Atu, Kecamatan Mesidah, akibat teror orang tak dikenal. Keputusan itu diambil setelah salah seorang tetangganya, AI, ditemukan tewas dalam kondisi mengenaskan.

“Sejak itu, SA hidup dalam ketakutan. Ia merasa selalu diawasi dan diincar, bahkan ketika mendengar suara mobil atau motor di luar rumah, ia gemetar dan mengintip dari lubang pintu,” kata Fauzan, Sabtu, 16 Agustus 2025.

Perilaku SA makin mengkhawatirkan. Ia kerap melakukan kekerasan terhadap istrinya hingga akhirnya dibawa berobat ke RSJ Simalungkat pada 2003. Namun, pengobatan tidak banyak membantu.

“Bahkan setiap kali minum obat, ia pernah mencoba bunuh diri dengan melompat ke kolam di dekat rumah ibunya,” kata Fauzan.

Karena tak tahan dengan perilaku suaminya, istri SA akhirnya memilih bercerai. Kondisi itu membuat sakit jiwa SA semakin parah. Anak mereka, Tuahdi, ikut terdampak karena tumbuh dalam keluarga yang tidak utuh dan ekonomi yang serba terbatas.

“Kadang Tuahdi ikut ayahnya, kadang ikut ibunya yang tinggal di Pondok Baru. Tidak ada yang mengurus secara intensif,” jelas Fauzan.

Pada 2021, SA dan Tuahdi pindah ke Kampung Bintang Berangun untuk membuka kebun kopi. Sambil menunggu panen, mereka bekerja serabutan. SA sempat menjadi tukang parkir di Simpang Balik, sementara Tuahdi pernah menjaga alat berat di Lut Kucak.

“Sejak bekerja di sana, Tuahdi salah pergaulan. Ia pernah menghancurkan HP, membakar rumahnya, bahkan berkali-kali mengancam akan membunuh ayahnya,” kata Fauzan.

Keretakan hubungan ayah dan anak itu mencapai puncaknya pada Jumat malam, 15 Agustus 2025, sekitar pukul 19.00 WIB. Warga dikejutkan suara keributan dari rumah SA. Tak lama, Tuahdi ditemukan tewas bersimbah darah akibat dibacok ayahnya sendiri.

Kapolsek Pintu Rime Gayo AKP Suci membenarkan insiden tersebut. Kasus terungkap setelah seorang warga bernama Susi Aprisyah mendengar keributan dan melaporkannya kepada Kepala Dusun.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *