Top Ten UTBK Nasional: Mimpi Pendidikan Aceh

OPINI103 Dilihat

Oleh: Marthunis ST DEA, Kepala Dinas Pendidikan Aceh

ALBERT Einstein, ilmuwan terkemuka dunia, pernah berkata bahwa seseorang yang memiliki mimpi lebih unggul daripada seseorang yang hanya menguasai data atau fakta. Ia juga berpendapat bahwa imajinasi lebih penting daripada pengetahuan. Imajinasi akan mendorong seseorang untuk mendapatkan segala pengetahuan dan keterampilan guna mewujudkan mimpi. Sedangkan orang yang berpengetahuan tanpa mimpi akan terus terjebak dalam pengetahuan yang dipunyai saat ini dan tidak beranjak ke mana pun.

Lalu, apa mimpi pendidikan Aceh? Merujuk pada dokumen visi dan misi gubernur dan wakil gubernur Aceh terpilih, Muzakir Manaf dan Fadhullah, mimpi pendidikan Aceh termaktub dalam komponen visi maju, misi ke-5, yaitu meningkatkan kualitas dan daya saing sumber daya manusia dan empat nilai: mulia dalam syariat, sejahtera dan bermartabat, bahagia dunia akhirat, dan terpandang di mata dunia.

Visi, misi, dan nilai tersebut merupakan pernyataan  kualitatif dan abstrak, sehingga dibutuhkan terjemahan mimpi yang lebih konkret dan dapat diukur.

Pendidikan menengah merupakan tingkatan pendidikan yang menjadi kewenangan Pemerintah Aceh, selain pendidikan khusus atau luar biasa (SLB). Keluaran dari pendidikan menengah ini adalah siswa Aceh siap memasuki perguruan tinggi terbaik. Ukuran dari kesiapan tersebut adalah nilai ujian tes berbasis komputer (UTBK) pada seleksi nasional berbasis tes (SNBT). Semakin tinggi nilai UTBK, semakin tinggi pula kemungkinan anak Aceh diterima pada perguruan tinggi yang berkualitas.

Kondisi awal dari capaian siswa Aceh dalam hal nilai UTBK adalah sebagai berikut. Berdasarkan data Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT), pada tahun 2022, ada empat satuan pendidikan (satpen) Aceh yang dikategorikan dalam 1.000 besar satpen dengan nilai UTBK tertinggi. Sekolah menengah tertinggi dalam lingkup Aceh adalah SMAN Modal Bangsa, meraih peringkat 157 dengan rerata nilai UTBK sebesar 563. Tahun 2024, terjadi peningkatan dari sisi jumlah satpen yang berhasil masuk dalam 1.000 besar nasional. Namun, peringkat satpen terbaik di Aceh justru turun secara nasional, yaitu 191.

Disdik Aceh menetapkan target atau berani bermimpi untuk menjadi peringkat 10 besar nasional dalam hal nilai UTBK pada tahun 2027. Mengapa tahun 2027? Karena, tahun 2027 adalah tahun terakhir Aceh menerima dana otonomi khusus berdasarkan UUPA. Periode saat ini hingga 2027 merupakan periode yang harus dioptimalkan penggunaan sumber daya anggaran untuk mencapai hasil yang terbaik. Lepas dari 2027, kekuatan fiskal untuk pendidikan terjun bebas sehingga akan lebih besar tantangannya untuk meraih kinerja terbaik.

Mimpi menjadi sepuluh besar nasional ini berarti bahwa ada satpen menengah Aceh memiliki nilai rerata UTBK berkisar antara 630 hingga 680 dari skala 1.000 nilai maksimal UTBK.

William Tanujaya, founder Tokopedia, mengungkapkan keberhasilannya mewujudkan perusahaan rintisan unicorn (memiliki nilai bisnis lebih dari US$ 1 miliar) dalam waktu singkat diawali dengan mimpi yang mempunyai rencana. Kemudian, rencana tersebutkan dibicarakan dan dijelaskan kepada semua pemangku kepentingan sehingga menjadi komitmen. Selanjutnya, komitmen tersebut dilaksanakan secara konsisten, niscaya mimpi tersebut menjadi kenyataan.

Kelemahan dalam pembelajaran di satpen menengah Aceh saat ini adalah belum lazimnya soal-soal setara UTBK dijadikan alat asesmen pemahaman mata pelajaran. Kemampuan siswa untuk menjawab soal dalam UTBK dipengaruhi oleh kemampuan nalar dan kreativitas siswa. Penalaran, daya pikir kritis, dan kreatif didasari pada kompetensi literasi dan numerasi siswa. Untuk meningkatkan kemampuan tersebut, ada beberapa faktor penting yang perlu ditingkatkan, di antaranya kualitas kepemimpinan sekolah, kapasitas atau kualitas guru dan kemampuan siswa untuk memahami dan menyelesaikan soal-soal UTBK.

Langkah awal pembenahan

Dalam dunia medis, dokter menyembuhkan pasien dengan mengikuti beberapa tahapan baku: anamnesis, uji lab, diagnosis, intervensi, dan observasi.

Penyakit dipastikan terdahulu penyebabnya melalui anamnesis dan uji lab. Hasilnya digunakan sebagai basis diagnosis. Dari diagnosis diberikan obat atau intervensi. Kemudian, pasien diobservasi untuk menentukan intervensi berhasil atau tidak. Jika berhasil dilanjutkan, jika tidak maka siklus ‘medical approach’ tadi diulangi.
Senada dengan pendidikan, masalah dikenali dengan asesmen untuk dianalisis. Hasil analisis menjadi dasar menyusun program dan kegiatan. Efektivitas dari program dan kegiatan diukur lagi melalui evaluasi. Jika terjadi peningkatan, maka dilanjutkan. Jika tidak kembali dianalisis secara lebih mendalam.

Disdik Aceh pada tahun 2024 melakukan penilaian kepada kepala sekolah, guru, dan siswa. Kepala sekolah perlu diuji kompetensinya karena perannya yang sangat sentral dalam mengelola sumber daya sekolah, terutama untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

Selanjutnya, kualitas guru juga sangat penting. Fisikawan kondang, Johanes Surya, berkata, ”Tidak ada murid yang bodoh. Yang ada hanyalah murid tersebut belum bertemu dengan guru yang hebat dengan metode pengajaran yang tepat.”

Johanes Surya  membuktikan perkataannya dengan membawa anak-anak pelosok mengikuti olimpiade sains tingkat internasional dan jadi juara. Hasil dari asesmen kepala sekolah dan guru menunjukkan bahwa ruang perbaikan masih sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

Asesmen siswa dilakukan pada tiga tingkatan. Kelas X diuji kemampuan literasi dan numerasinya pada masa orientasi sekolah. Ujian Kelas XI dilakukan secara nasional yang disebut dengan Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK). Hasil penilaian kedua tingkat ini menunjukkan bahwa kelemahan siswa Aceh pada kompetensi numerasi.

Begitu juga kemampuan literasi masih  harus ditingkatkan. Simulasi SNBT untuk siswa kelas XII juga dilakukan pada medio Desember 2024. Hasilnya, konsisten dengan dua tes sebelumnya untuk kelas X dan XI. Dari tujuh subtes yang diuji dalam UTBK SNBT, subtes penalaran matematika dan pengetahuan kuantitatif merupakan dua subtes yang paling rendah nilainya.

Berdasarkan penilaian yang dilakukan, beberapa kegiatan dianggarkan dan akan dilaksanakan dengan fokus pencapaian nilai UTBK yang tinggi. Strateginya adalah membiasakan soal-soal setara UTBK diuji dan dibahas di sekolah dalam mata pelajaran. Melalui PPKn diuji kemampuan nalar. Begitu juga soal pelajaran matematika dibuat soal berbasis literasi.

Strategi di atas dilaksanakan melalui siklus tiga langkah. Pertama, peningkatan kualitas guru dan tenaga kependidikan (GTK) ditujukan pada kemampuan guru memahami, mengajarkan, dan membuat soal yang setara UTBK atau soal yang memicu cara pikir tingkat tinggi (high-order thinking skills). Kegiatan ini dilakukan melalui pelatihan guru narasumber dari kabupaten/kota. Setelah itu, guru narasumber ini akan mengimbasi guru sejawatnya di daerah melalui musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) dan komunitas belajar.

Kedua, Disdik Aceh melakukan banyak asesmen untuk memastikan upaya peningkatan kapasitas kepala sekolah, guru, dan kemampuan siswa dalam literasi, numerasi, dan karakter terjadi. Ini juga bagian dari akuntabilitas. Ketiga, memberikan apresiasi bagi GTK dan siswa yang berprestasi. Triangulasi strategi ini dilakukan secara berkelanjutan sehingga setiap siklus kinerja pendidikan menjadi lebih baik.

Upaya meraih mimpi tidak mungkin hanya dilakukan oleh Disdik Aceh sendiri. Peran masyarakat, terutama orang tua/wali siswa, sangat instrumental. Sinergi peran ini akan melapangkan jalan menuju raihan kualitas pendidikan Aceh dalam 10 besar nasional. Insyaallah.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *