SDM Muda Aceh Dinilai Belum Mampu Bersaing di Dunia Kerja Profesional

BERITA13 Dilihat

BANDA ACEH – Direktur ForBina, M. Nur, menilai sumber daya manusia (SDM) muda di Aceh belum siap bersaing dalam dunia kerja profesional, khususnya pada sektor industri strategis seperti pertambangan, energi, dan manufaktur. Hal ini disebabkan minimnya pengalaman, sertifikasi, serta kurangnya dukungan pendidikan nonformal yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja.

“Saya lihat, misalnya, kita butuh ahli geologi. Di Aceh ada, tapi yang tersedia rata-rata baru lulus kuliah, belum punya pengalaman. Saat lowongan top manager dibuka oleh perusahaan seperti Mubadala Energy, yang melamar malah dari Pulau Jawa. Anak muda Aceh belum siap,” ujar M. Nur di Banda Aceh, Jumat, 25 Juli 2025.

Kondisi ini berisiko menimbulkan kecemburuan sosial, ketika peluang kerja di daerah sendiri justru lebih banyak diisi oleh tenaga kerja luar Aceh. Ia mengatakan tenaga kerja lokal kerap hanya menempati posisi paling rendah, seperti tukang bersih-bersih atau penjaga kebun. Sementara posisi manajerial dan teknis diisi oleh SDM dari luar daerah.

Baca Juga: Wagub Aceh: MBG Adalah Pondasi Pembangunan SDM dan Pengentasan Ketimpangan

“Dulu waktu ExxonMobil masih di sini, orang Aceh hanya jadi tukang bersih-bersih dan potong rumput. Sekarang masih begitu. Padahal syaratnya jelas, minimal pengalaman dua tahun. Kalau tidak siap, ya tidak akan diterima,” ucapnya.

M. Nur meminta Pemerintah Aceh agar proaktif memetakan kebutuhan tenaga kerja dan bekerja sama dengan dunia usaha. Salah satunya melalui program beasiswa atau pelatihan vokasi yang berorientasi langsung pada kebutuhan industri, mulai dari sektor tambang, energi terbarukan, hingga manufaktur.

“Pemerintah harus panggil pengusaha, lihat apa kebutuhan mereka, dan sekolahkan anak-anak muda Aceh sesuai kebutuhan itu sampai mereka pegang sertifikat keahlian. Kalau tidak, kita hanya jadi buruh kasar di tanah sendiri,” katanya.

Baca Juga: Transformasi Digital Arsip Aceh Terkendala Keterbatasan SDM

Ia menambahkan minimnya sertifikat keahlian menjadi hambatan serius. Banyak pemuda yang mengklaim memiliki keterampilan, tetapi tidak disertai dengan sertifikat resmi yang dibutuhkan oleh industri.

M. Nur juga menyebutkan pendidikan nonformal memiliki peran besar dalam menjawab tantangan industri modern, sebab teknologi yang digunakan dalam industri besar tidak diajarkan di bangku sekolah formal.

Ia menyebutkan investor yang masuk ke Aceh membutuhkan SDM siap pakai. Jika tidak dipersiapkan dari sekarang, maka generasi muda Aceh hanya akan menjadi penonton di kampung sendiri.

“Kalau SDM tidak disiapkan, anak-anak muda kita hanya akan jadi tukang cleaning service. Sedangkan top leader-nya orang luar semua. Ini berbahaya,” pungkasnya.***

 

Sumber: Ajnn

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *