Mengenal Syech Muharram, Sosok Bupati Aceh Besar Terpilih

BERITA, DAERAH387 Dilihat

Acehupdate.net, ACEH BESAR – Muharram Idris alias Syech Muharram, akan dilantik sebagai Bupati Aceh Besar untuk periode 2025-2030, besok. Bersama wakilnya, Syukri A Jalil, ia berhasil memenangkan Pilkada Aceh Besar melalui jalur independen dengan perolehan suara sebesar 33,79 persen.

Kemenangan ini mencerminkan besarnya dukungan masyarakat terhadap visi dan komitmen yang diusungnya dalam membangun Aceh Besar ke arah yang lebih baik. Syech Muharram lahir di Cot Lamkeuweh, Kecamatan Meuraxa, Kota Banda Aceh, pada 10 Oktober 1973.

Tanggal kelahirannya yang bertepatan dengan 10 Muharram menjadi alasan ia mendapatkan sapaan “Syech Muharram.” Ibunya berasal dari Lamkeuweh, sementara ayahnya berasal dari Bitai, Banda Aceh.

Sejak kecil, Syech Muharram menempuh pendidikan di SD Negeri 5 Banda Aceh, kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 11 Banda Aceh. Setelah itu, ia menimba ilmu di Sekolah Teknik Menengah (STM) di Lampineung, Banda Aceh, sebagai bekal awal dalam meniti karirnya. Pada tahun 1995, saat merantau ke Malaysia, Syech Muharram melihat pesatnya kemajuan negeri jiran tersebut.

Hal ini memicu rasa keprihatinannya terhadap kondisi Aceh yang masih tertinggal, meskipun memiliki kekayaan alam yang melimpah, seperti emas, gas, dan minyak. Rasa kepeduliannya semakin dalam ketika melihat masyarakat Aceh masih berada di garis kemiskinan.

Dari situlah ia mulai mempelajari lebih dalam mengenai perjuangan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) melalui berbagai buku dan literatur. Semangat ingin memperjuangkan kemakmuran Aceh membawanya bergabung dengan GAM di Malaysia pada tahun 1995. Ia kembali ke Aceh pada tahun 1998 dan mulai melakukan pergerakan bawah tanah bersama Sentral Informasi Referendum Aceh (SIRA), yang menyerukan referendum bagi masyarakat Aceh.

Dalam gerakan tersebut, sekitar tiga juta warga Aceh turut menyuarakan referendum. Karena kontribusinya yang besar, Syech Muharram dipercaya menjadi Komandan Operasi Daerah. Baca Juga KIP Aceh Besar Tetapkan Muharram Idris dan Syukri Sebagai Bupati dan Wakil Bupati Terpilih Kepemimpinannya semakin diakui dalam struktur GAM. Setelah sebelumnya menjabat sebagai Wakil Komandan Panglima GAM Wilayah Aceh Rayeuk, ia kemudian diangkat menjadi Panglima GAM Wilayah Aceh Rayeuk yang mencakup Banda Aceh dan Aceh Besar setelah pemimpin sebelumnya wafat.

Setelah konflik Aceh berakhir dengan penandatanganan perjanjian damai Helsinki tahun 2005, Syech Muharram berperan aktif dalam proses perdamaian. Ia dipercaya menjadi perwakilan GAM dalam Aceh Monitoring Mission (AMM) di Indonesia untuk wilayah Aceh Besar.

Sebagai salah satu pendiri Partai Aceh, Syech Muharram menjabat sebagai koordinator daerah pemilihan (dapil) satu Aceh, yang meliputi Banda Aceh, Aceh Besar, dan Sabang. Namun, perbedaan visi dalam internal partai membuatnya mendirikan Partai Nasional Aceh (PNA), di mana ia menjabat sebagai Sekretaris Jenderal. Meski sempat aktif dalam dunia politik, ia kemudian memilih untuk keluar dari partai politik karena melihat adanya ketidaksepahaman dalam dinamika partai lokal.

Setelah meninggalkan dunia politik, Syech Muharram mengabdikan dirinya pada pekerjaan sosial dan keagamaan. Ia aktif dalam pembangunan Masjid Bustanul Jannah di Ajuen, Kecamatan Peukan Bada, sebagai Ketua Pembangunan. Selain itu, ia juga menjabat sebagai Ketua Badan Kemakmuran Masjid (BKM) Baiturrahim, Meuraxa, Banda Aceh, yang semakin memperkuat kiprahnya dalam kegiatan sosial dan keagamaan. Keputusannya untuk kembali ke dunia politik melalui jalur independen dalam Pilkada Aceh Besar didorong oleh kepeduliannya terhadap kondisi daerah yang masih menghadapi berbagai tantangan, terutama di sektor pertanian.

Syech Muharram menilai bahwa meskipun pemerintahan sebelumnya telah berusaha maksimal, masih banyak sektor yang tertinggal dan membutuhkan perhatian serius. Salah satu masalah utama yang menjadi sorotannya adalah kesejahteraan petani. Saat ini, sebagian besar petani di Aceh Besar hanya bisa bercocok tanam satu hingga dua kali dalam setahun.

Ada pula yang hanya bisa menanam sekali dalam dua tahun akibat cuaca ekstrem, minimnya curah hujan, serta kondisi tanah yang cepat mengering. Wilayah seperti Peukan Bada, Lhoknga, dan Cot Gle sering mengalami permasalahan ini, menyebabkan banyak petani kesulitan dalam meningkatkan taraf hidup mereka. Dengan tekad yang kuat, Syech Muharram berkomitmen untuk membawa perubahan nyata bagi masyarakat Aceh Besar.

Fokus utamanya adalah meningkatkan produktivitas pertanian, memperbaiki infrastruktur, dan memperkuat sektor ekonomi agar masyarakat dapat hidup lebih sejahtera dan mandiri. Pelantikan Syech Muharram sebagai Bupati Aceh Besar besok akan menjadi langkah awal dalam mewujudkan visi besarnya. Harapan masyarakat kini tertuju padanya, untuk membawa perubahan yang nyata dan menjadikan Aceh Besar sebagai daerah yang lebih maju dan makmur.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *