Kemiskinan di Aceh Turun Signifikan

BERITA, DAERAH, EKBIS396 Dilihat

Acehupdate.net, BANDA ACEH – Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh mencatat kemiskinan di Aceh pada September 2024 berada pada kisaran 12,64 persen atau mengalami penurunan sebesar 1,59 persen poin dibandingkan dengan Maret 2024 yang jumlahnya sebesar 14,23 persen.

Penduduk miskin pada September 2024 tercatat berjumlah 718,96 ribu orang, berkurang 85.570 orang dari bulan sebelumnya.

“Kemiskinan di Aceh turun secara signifikan. Penurunan itu memperlihatkan dinamika menarik,” kata Kepala BPS Aceh, Ahmadriswan Nasution pada Rabu, 15 Januari 2025.

Menariknya, kata Ahmadriswan, penurunan kemiskinan lebih terasa di wilayah perdesaan, di mana tingkat kemiskinan turun sebesar 1,76 poin persen, lebih tinggi dibandingkan dengan penurunan di wilayah perkotaan sebesar 1,23 poin persen.

Menurutnya, tingkat kemiskinan pada September 2024 di perdesaan sebesar 14,99 persen sementara di perkotaan sebesar 8,37 persen.  Dia mengatakan imdeks kedalaman kemiskinan Aceh turun dari 2,260 pada Maret 2024 menjadi 1,953 pada September 2024.

Penurunan ini mencerminkan bahwa bukan hanya jumlah penduduk miskin yang berkurang, tetapi juga jarak pendapatan rumah tangga miskin dari garis kemiskinan semakin kecil.

“Kemudian indeks keparahan kemiskinan Aceh pada September 2024 juga turun menjadi 0,470 dibandingkan Maret 2023 sebesar 0,712,” ucapnya.

Ia mengatakan indikasi intervensi kebijakan seperti subsidi atau program bantuan sosial, telah berhasil menjangkau kelompok yang paling rentan, sehingga mengurangi kesenjangan pendapatan secara keseluruhan.  Untuk mengukur ketimpangan pendapatan secara keseluruhan, kata Ahmadriswan, BPS telah menghitung Gini Ratio. Pada September 2024 Gini Ratio Aceh secara total tetap stabil di angka 0,294.

“Dinamika berdasarkan wilayah menunjukkan tren yang menarik. Penurunan di perdesaan dari 0,258 menjadi 0,252 mencerminkan perbaikan distribusi pendapatan di pedesaan, yang bisa menjadi hasil dari program pemberdayaan ekonomi lokal, peningkatan akses infrastruktur, atau distribusi bantuan sosial yang lebih efektif,” kata dia.

Sebaliknya, kata Ahmadriswan, kenaikan Gini Ratio di perkotaan dari 0,325 menjadi 0,332 mengindikasikan peningkatan ketimpangan pendapatan di kota. Hal tersebut diyakini Ahmadriswan terjadi karena konsentrasi peluang ekonomi pada kelompok tertentu, atau dampak urbanisasi yang meningkatkan kesenjangan antara kelompok pendapatan tinggi dan rendah.

“Stabilitas Gini Ratio secara keseluruhan menunjukkan bahwa perbaikan di perdesaan mampu menyeimbangkan kenaikan ketimpangan di perkotaan. Namun, tren ini perlu diwaspadai agar ketimpangan di wilayah perkotaan tidak semakin melebar, mengingat potensi dampaknya pada kohesi sosial dan pertumbuhan ekonomi jangka panjang,” demikian Ahmadriswan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *