Kasus HIV-AIDS di Aceh Singkil Bertambah

BERITA, DAERAH, KESEHATAN410 Dilihat

Acehupdate.net, ACEH SINGKIL – Dinas Kesehatan Aceh Singkil melaporkan penambahan tujuh kasus baru infeksi HIV-AIDS sepanjang tahun 2024. Dari jumlah tersebut, satu pasien merupakan rujukan dari daerah lain, sementara enam lainnya teridentifikasi melalui screening di Aceh Singkil.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Aceh Singkil, Muhammad Raja Maringin mengatakan, mayoritas pasien yang terinfeksi adalah individu berusia produktif, yakni antara 20 hingga 40 tahun. Penambahan kasus ini menunjukkan pentingnya deteksi dini.

“Dari tujuh pasien baru, lima orang terjaring melalui screening di Aceh Singkil, sementara dua orang lainnya merupakan rujukan dari daerah lain,” ujar Raja, Selasa, 7 Januari 2025.

Pada 2023, kata dia, tercatat sembilan kasus infeksi HIV di Aceh Singkil, dengan dua di antaranya meninggal dunia akibat penyakit penyerta, yaitu tuberkulosis (TB). Total keseluruhan pasien HIV-AIDS di daerah ini sejak 2023 mencapai 14 orang, dengan 11 pasien masih menjalani pengobatan.

Raja menjelaskan para pasien tersebut mendapatkan pengobatan di beberapa Puskesmas dengan Pelayanan HIV/AIDS (PDP), seperti Puskesmas Kuta Tinggi, Simpang Kanan, Gunung Meriah, dan Singkil, serta di RSUD Aceh Singkil.

“Namun, tiga pasien lainnya hilang kontak atau diduga telah pindah ke daerah lain,” ucap Raja.

Pasien yang pindah fasilitas kesehatan ke luar Aceh Singkil, kata Raja, seperti ke Medan, Sibolga, Jawa, dan Kalimantan, menjalani pengobatan tanpa menggunakan program BPJS. Melainkan melalui layanan khusus penyakit menular tersebut.

Menurut Raja, meskipun HIV tidak menunjukkan gejala langsung, pasien yang rutin mengonsumsi obat antiretroviral (ARV) dapat tetap menjalani kehidupan sehat.

“Hasil deteksi menunjukkan bahwa pasien yang disiplin mengonsumsi obat dapat mempertahankan kesehatannya,” ujarnya. Sebaliknya, kata dia, pasien yang tidak teratur dalam pengobatan bisa mengalami penurunan kualitas hidup.

Untuk menekan penyebaran HIV-AIDS, Dinas Kesehatan Aceh Singkil terus berupaya menyediakan layanan pengobatan di empat puskesmas yang telah berstatus PDP, serta melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Namun, menurutnya, stigma negatif terhadap penderita HIV-AIDS masih menjadi tantangan besar dalam penanganannya.

Banyak pasien yang enggan memeriksakan diri atau melanjutkan pengobatan karena takut dicap atau dihakimi oleh masyarakat.

“Penyebaran HIV di Aceh Singkil umumnya terjadi melalui hubungan seksual, baik heteroseksual maupun homoseksual,” ungkap Raja.

Ia juga menambahkan bahwa infeksi HIV seringkali tidak menimbulkan gejala langsung, tetapi saat sudah berkembang menjadi AIDS, gejala akan mulai terlihat.

“HIV melemahkan sistem kekebalan tubuh, sehingga infeksi lain dapat memperburuk kondisi pasien,” tambahnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *