Diterima Khalid DPRA dan Budayawan Aceh, Mahasiswa Thailand: Terima Kasih Aceh

BERITA12 Dilihat

Banda Aceh – Puluhan mahasiswa yang belajar di berbagai Perguruan Tinggi di Aceh disambut oleh anggota DPRA, Khalid SPdI. Acara penyambutan dilakukan di Museum Rumoh Manuskrip Aceh milik Tarmizi A Hamid, Minggu (10/07).

“Penyambutan mahasiswa Thailand dilakukan di museum agar mereka dapat melihat langsung sebagian peninggalan warisan budaya Aceh yang ada di museum,” ujar Tarmizi A Hamid.

Sekitar 20 mahasiswa asal Thailand hadir di Museum Manuskrip Aceh di Ie Masen KayeeA Adang. Mereka mendengar tentang sejarah dan kearifan lokal Aceh dari anggota DPRA Khalid dan budayawan Tarmizi A Hamid.

Direktur Rumoh Manuskrip Aceh, Tarmizi A Hamid, membahani mereka tentang kebudayaan Aceh dan hubungan romantis Aceh Darussalam, Pattani Darussalam dan Brunei Darussalam.

“Sekarang hanya Brunei Darussalam yang masih bertahan sebagai negara Islam Melayu,” sebut Cek Midi.

Dalam kegiatan yang dipandu Hasan Basri M Nur tersebut, Khalid mengucapkan rasa terima kasih kapada mahasiswa asal Thailand karena telah memilih Aceh sebagai tempat belajar.

“Kalian berada di Aceh dipastikan aman, terlindungi. Pemerintah Aceh memberi perlindungan kepada kalian,” ujar Khalid.

Khalid memandang kegiatan ini sangat penting. “Apalagi Aceh memiliki status istimewa dan khusus, terutama dalam bidang Syariat Islam dan pendidikan,” katanya.

“Saya akan menyampaikan hasil pertemuan ini kepada pimpinan DPRA dan lembaga terkait dalam Pemerintah Aceh, terutama instansi terkait keistimewaan Aceh,” tambah Khalid seraya menyebutkan Pemerintah Aceh perlu membuat program untuk pelajar asing.

“Saya juga akan mengundang kalian pada kegiatan sosial lainnya ke depan,” katanya.

Beberapa mahasiswa menanyakan tentang sejarah konflik Aceh, MoU Helsinki dan status Otsus Aceh. Khalid mampu menjelaskan secara rinci informasi-infomasi tersebut.

Mahasiswa asal Thailand dan pelajar perantau lainnya di Aceh, kata Khalid, harus dimuliakan.

“Peumulia jamee adalah adat orang Aceh. Kalian adalah saudara kami,” ujarnya.

Khalid mengaku gembira mendapat informasi bahwa semakin banyak mahasiswa asing yang belajar di Aceh, termasuk di Fakultas Kedokteran, FISIP dan Fakulitas Ekonomi Bisnis Universitas Syiah Kuala.

“Saat saya kuliah di era 1990-an dulu, mahasiswa Malaysia dan Thailand hanya belajar di IAIN Ar-Raniry. Sekarang malah lebih banyak di USK,” kata dia.

Wan Hasnah, mahasiswa Farmasi USK, berkesempatan menyampaikan pandangan tentang Aceh. Dia menyampaikan terima kasih kepada parlemen Aceh dan museum Rumoh Manuskrip Aceh.

Walau pun kuliah di Prodi Farmasi, Wan Hasnah tertarik belajar tentang sistem budaya dan politik Aceh.

Ia merasa beruntung karena kali ini berkesempatan berbicara langsung dengan anggota parlemen Aceh Khalid. []

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *