38 Ribu Keluarga di Aceh Ditargetkan Bebas Stunting pada 2025

BERITA41 Dilihat

Acehupdate.net, BANDA ACEH – Sebanyak 38 ribu keluarga berisiko stunting di Aceh ditargetkan mendapatkan pendampingan intensif hingga 2025. Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Aceh, Safrina Salim, mengatakan angka ini merupakan bagian dari target nasional satu juta keluarga yang harus didampingi guna mencegah kelahiran anak stunting.

“BKKBN memiliki data by name by address terkait keluarga berisiko stunting. Di Aceh, jumlahnya mencapai 38.004 keluarga. Kami sudah membagi target ini ke masing-masing kabupaten/kota, termasuk 781 keluarga di Kota Banda Aceh yang harus tertangani,” kata Safrina kepada seperti dilansir AJNN, Kamis, 13 Maret 2025.

Ia mengatakan, berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, prevalensi stunting di Aceh saat ini mencapai 29,4 persen. Angka ini mengalami penurunan 1,8 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, masih terdapat 11 kabupaten/kota yang mengalami peningkatan stunting, dengan kenaikan tertinggi terjadi di Aceh Jaya sebesar 14,1 persen, Bireuen 9,5 persen, dan Aceh Tamiang 8,5 persen.

Ia mengungkapkan, stunting tidak hanya terjadi pada keluarga dengan ekonomi rendah, tetapi juga bisa dialami oleh anak-anak dari keluarga kaya. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor selain keterbatasan ekonomi, seperti pola asuh yang kurang tepat dan kurangnya kesadaran akan pentingnya gizi seimbang.

“Masalah stunting bukan semata-mata karena kemiskinan. Banyak keluarga mampu yang memiliki akses terhadap makanan bergizi, tetapi masih kurang memahami pentingnya pola makan sehat dan pemantauan tumbuh kembang anak,” ujarnya.

Menurutnya, beberapa penyebab utama stunting pada anak dari keluarga kaya meliputi pola makan yang tidak seimbang, konsumsi makanan cepat saji yang berlebihan, serta kurangnya kesadaran orang tua terhadap pemantauan pertumbuhan anak. Selain itu, faktor sanitasi dan kebersihan lingkungan juga berperan penting dalam pencegahan stunting.

“Kita sering menemukan anak-anak dari keluarga berkecukupan yang mengalami infeksi berulang akibat lingkungan yang kurang sehat. Ini bisa mengganggu penyerapan nutrisi dan berdampak pada pertumbuhan anak,” kata dia.

Safrina menekankan pentingnya peran orang tua dalam memastikan asupan gizi anak tercukupi dan memberikan pola asuh yang sesuai. Ia juga mendorong masyarakat untuk rutin melakukan pemeriksaan kesehatan anak di Posyandu atau fasilitas kesehatan guna mencegah dan mendeteksi risiko stunting sejak dini.

BKKBN Aceh terus menggalakkan program edukasi dan intervensi gizi untuk menekan angka stunting di Aceh, yang masih menjadi salah satu provinsi dengan prevalensi stunting tinggi di Indonesia.

“Penanganan stunting harus dilakukan secara holistik, melibatkan semua pihak, termasuk keluarga, masyarakat, lembaga maupun komunitas. Kami memiliki Program Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (Genting) dan mengajak masyarakat berperan menjadi Orang Tua Asuh (OTA) untuk mengasuh anak berisiko stunting dengan membantu mendukung dana pemenuhan gizi,” pungkasnya.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *