BANDA ACEH – Desakan pencopotan Dirjen Bina Administrasi Wilayah Kemendagri, Safrizal ZA, oleh sejumlah pihak, termasuk unsur KNPI Aceh, belakangan ramai diperbincangkan. Namun benarkah ini langkah bijak, atau justru malah memperkeruh situasi yang sedang butuh kepala dingin.
M. Fauzan Febriansyah, pendiri MFF Syndicate, lembaga kajian yang dikenal vokal dalam isu transformasi birokrasi, menilai tuntutan tersebut terlalu emosional dan tidak berdasar secara substansi.
“Isu empat pulau antara Aceh dan Sumatera Utara adalah persoalan hukum administratif. Ini bukan soal siapa yang bersalah, tapi bagaimana menyelesaikannya dengan kepala dingin dan strategi yang tepat,” kata Fauzan dalam keterangannya, Ahad, 15 Juni 2025.
Menurutnya, publik Aceh perlu melihat posisi Safrizal dengan lebih jernih. Alih-alih dimusuhi, tokoh birokrat ini justru bisa menjadi jembatan penting bagi Aceh dalam menyuarakan kepentingan ke tingkat pusat.
“Beliau itu putra Aceh. Selama ini banyak membantu memperbaiki tata kelola daerah, transparansi anggaran, dan terakhir sukses mengawal PON XXI saat jadi Pj. Gubernur. Masa rekam jejak seperti itu diabaikan begitu saja,” kata Fauzan.
Ia menambahkan, dalam dinamika seperti ini, pendekatan yang diperlukan bukan gertakan emosional, melainkan diplomasi strategis. Apalagi, polemik empat pulau di perairan Singkil kini sudah menjadi perhatian langsung Presiden Prabowo Subianto, sebagaimana diungkap Wakil Ketua DPR RI, Sufmi Dasco Ahmad.
“Ini bukan lagi soal siapa yang lebih vokal, tapi siapa yang bisa menjaga persatuan Aceh dalam kerangka NKRI. Safrizal bukan musuh Aceh, beliau bagian dari solusi,” kata Fauzan.
Menanggapi sikap keras sejumlah tokoh seperti Prof. Humam Hamid yang sempat ramai diberitakan, Fauzan menilai hal itu sebagai bagian dari “seni diplomasi” khas Aceh.
“Pernyataan keras itu sudah jadi gaya kita sejak dulu. Tapi esensinya bukan memecah belah, melainkan menggugah. Yang penting, jangan sampai kita saling serang sesama anak Aceh. Ingat, seribu teman terlalu sedikit, satu musuh terlalu banyak,” ucapnya, mengutip Presiden Prabowo.
Fauzan mengajak seluruh elemen pemuda, khususnya KNPI, untuk tidak terjebak pada narasi bising yang tak produktif. Ia berharap aspirasi disalurkan lewat jalur yang konstruktif dan strategis, bukan lewat tuntutan pemecatan yang prematur.
“Kalau semua pihak di Aceh bersatu, justru posisi tawar kita di pusat makin kuat. Tapi kalau kita sibuk menyalahkan satu sama lain, yang rugi ya kita sendiri,” demikian Fauzan.***