Acehupdate.net, BANDA ACEH – Kantor Wilayah (Kanwil) Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Aceh mencatat penerimaan perpajakan pada 2024 mencapai Rp 1 triliun lebih. Hasil itu didapatkan dari kegiatan kepabeanan dan cukai berupa Pajak Dalam Rangka Impor (PDRI) di lingkungan Kanwil.
“Penerimaan perpajakan dari kegiatan kepabeanan dan cukai berupa Pajak Dalam Rangka Impor pada 2024 berhasil dikumpulkan satu triliun rupiah,” kata Kepala Bidang Fasilitas Kepabeanan dan Cukai Kanwil DJBC Aceh, Leni Rahmasari, kemarin.
Menurutnya peningkatan penerimaan bea masuk dan cukai terbesar diperoleh dari importasi gas alam produk propana atau butana. Selain itu ada impor bulog dan Pupuk Iskandar Muda serta cukai hasil tembakau.
Leni mengklaim penerimaan bea masuk 2024 tumbuh positif yakni 250,78 persen dibandingkan pada 2023 (YoY). Sedangkan penerimaan cukai pada 2024 juga tumbuh positif 551,90 persen dibandingkan dengan 2023 (YoY).
Sementara penerimaan bea keluar, diakui Leni, masih belum tumbuh lebih baik meskipun target penerimaan dari bea keluar terlampaui. Adapun komoditas ekspor utama dari Aceh pada 2024, yakni mulai dari kopi, batu bara, cangkang sawit, pasta kakao, bahan mineral, minyak petroleum, ukiran atau kerajinan hasil laut, tanaman hidup, dan buah.
Leni mengatakan data menunjukkan penurunan penerimaan bea keluar, terutama dari komoditas CPO (Crude Palm Oil) dan turunannya bila dibandingkan dengan penerimaan pada 2023. Beberapa faktor yang menyebabkan penurunan ini, antara lain kondisi alam yang ekstrem dan fasilitas pelabuhan kurang memadai.
Salah satunya, kata Leni, seperti Pelabuhan Calang. “Misalnya, menghadapi tantangan cuaca dan fasilitas yang tidak memadai untuk kapal besar. Sslain itu, biaya logistik yang tinggi dan kurangnya jaminan keselamatan di pelabuhan juga menjadi kendala utama,” kata Leni.
Kanwil DJBC Aceh mencatat negara menerima Rp 380,9 miliar dari kepabean dan cukai sepanjang 2024. Penerimaan selama setahun tersebut diklaim melebihi target hingga 102,78 persen.
“Penerimaan negara mencapai 380,9 miliar rupiah atau 102,78 persen dari target 2024 yakni 370,6 miliar rupiah,” kata Leni.
Dia mengatakan secara rinci penerimaan negara diperoleh dari bea masuk yakni Rp 359,99 miliar atau terealisasi 102,12 persen, cukai Rp 11,6 miliar atau terealisasi 107,16 persen, dan bea keluar Rp 9,3 miliar atau terealisasi 128,32 persen.
Berdasarkan Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) Tipe Madya Pabean (TMP) atau satuan kerja di lingkungan Kanwil DJBC Aceh, kata Leni, penerimaan tertinggi terjadi di Lhokseumawe.
Secara rinci, penerimaan KPPBC TMP C Lhokseumawe yakni Rp 357,4 miliar atau terealisasi 101,07 persen dari target Rp 353,6 miliar. Lalu KPPBC TMP C Banda Aceh Rp 22,27 miliar atau terealisasi 138,95 persen dari target Rp 16 miliar lebih. Penerimaan KPPBC TMP C Meulaboh Rp 754,73 juta atau terealisasi 112,65 persen dari target Rp 670 juta, KPPBC TMP C Langsa Rp 455,4 juta atau terealisasi 166,78 persen dari target Rp 273,1 juta, dan KPPBC TMP C Sabang Rp 25 juta atau terealisasi 100 persen.