Gubernur Aceh Percepat Pembangunan Geurutee, Kadis PUPR Libatkan Investor Nasional dan Asing

BERITA158 Dilihat

 

BANDA ACEH – Pemerintah Aceh terus memacu realisasi proyek strategis pembangunan Terowongan Geurutee sebagai solusi permanen untuk membuka konektivitas wilayah barat–selatan Aceh.

Upaya ini ditandai dengan pertemuan jajaran Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Aceh bersama sejumlah instansi terkait dan investor asing, yakni China Railway Group Limited (CRG), di Banda Aceh, Selasa (30/9/2025).

Pertemuan yang dipimpin langsung Kepala Dinas PUPR Aceh, Ir. Mawardi, ST., dihadiri perwakilan Bappeda, BPJN, DPMPTSP, ESDM, dan DLHK, membahas secara mendalam peluang kerja sama investasi pembangunan terowongan di kawasan Paro–Kulu–Geurutee.

Proyek ini merupakan tindak lanjut arahan Gubernur Aceh, Muzakir Manaf, serta koordinasi sebelumnya dengan Kementerian PU RI dan Bappenas.

Mawardi menjelaskan, ruas Banda Aceh–Calang dengan kode N-207 adalah jalur vital menuju delapan kabupaten barat–selatan. Namun, kondisi jalan yang sempit, rawan longsor, serta sering menimbulkan kecelakaan membuat pembangunan terowongan menjadi solusi jangka panjang.

“Dengan terowongan, aksesibilitas akan meningkat, pengawasan lingkungan lebih terkendali, serta mobilisasi barang dan jasa menjadi jauh lebih efisien,” ujarnya.

Menurut rencana, proyek pembangunan terowongan ini akan melalui sembilan tahapan, mulai dari penyusunan AMDAL, investigasi geologi, desain awal, hingga konstruksi. Jika terealisasi, maka waktu tempuh Banda Aceh–Calang yang selama ini mencapai 3–4 jam dapat dipangkas menjadi hanya 1 hingga 1,5 jam.

Dedy Fahrian, Kepala Bidang Perencanaan Bappeda Aceh, menegaskan proyek ini sudah menjadi usulan sejak 15 tahun terakhir, namun selalu terhambat.

“Pemerintah Aceh berkomitmen mempercepat perizinan, termasuk AMDAL, agar proyek segera terwujud. Terowongan ini tidak hanya membuka konektivitas, tetapi juga menjadi sarana transfer ilmu bagi insinyur muda Aceh,” tegasnya.

Sementara itu, Kepala Bidang Geologi dan Air Tanah, Ikhlas, ST., MSc., menyebutkan tantangan pembangunan cukup besar karena kondisi geologi didominasi batu gamping kapur yang rapuh serta berada di jalur sesar aktif.

“Mitigasi harus dilakukan dengan cermat. Pengalaman proyek serupa di Malang bisa dijadikan acuan,” jelasnya.

Perwakilan BPJN Aceh, Yusrizal Mahdy, menambahkan bahwa selama ini penanganan jalan hanya bersifat sementara dengan perkuatan tebing.

“Namun jika terjadi longsor besar, akses akan tertutup total. Maka terowongan ini menjadi solusi permanen dan strategis,” katanya.

Dari pihak investor, Ruan Tisia dari CRG menyatakan kesiapan mendukung pembangunan terowongan di Aceh. Mereka bahkan menawarkan skema pembiayaan fleksibel berbasis barter trade mineral, mekanisme yang disebut akan menjadi pertama di Aceh jika terealisasi.

“Kami akan melakukan kajian tanah lebih dulu untuk memastikan desain konstruksi yang tepat. Jika berjalan baik, proyek ini akan menjadi simbol kerja sama berkelas dunia untuk Aceh,” pungkasnya.

Rapat yang berlangsung sejak pukul 09.30 hingga 12.00 WIB itu berjalan intensif dan produktif, menghasilkan sejumlah kesepakatan awal sebagai landasan percepatan pembangunan Terowongan Geurutee yang dinilai sangat strategis bagi masa depan Aceh.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *