Dulu Tempat Menggembala, Kini Gle Taron Jadi Destinasi Favorit Akhir Pekan

BERITA9 Dilihat

ACEH BESAR – Wisata alam Gle Taron yang terletak di kawasan Mata Ie, Kecamatan Darul Imarah, Kabupaten Aceh Besar, semakin ramai dikunjungi wisatawan. Dari atas bukit ini, pengunjung dapat menikmati panorama kota dari ketinggian.

Pengelola wisata sekaligus Bendahara Gampong Leu Ue, Lukman, mengatakan kunjungan wisatawan cukup tinggi pada akhir pekan. Ia menyebutkan jumlah pengunjung Minggu lalu bahkan melampaui seribu orang.

“Kalau pekan lalu lebih dari seribu pengunjung, minggu ini diperkirakan angkanya tidak jauh berbeda,” ujar Lukman, Ahad, 4 Mei 2025. Ia menyampaikan bahwa antusiasme wisatawan terus meningkat dalam dua tahun terakhir.

Pada hari biasa, jumlah pengunjung memang lebih rendah dibanding akhir pekan. Tercatat hanya sekitar 50 hingga 100 kendaraan yang masuk ke area wisata setiap harinya.

Untuk biaya parkir, pengunjung hanya dikenakan tarif Rp5.000 per kendaraan. Tarif ini diberlakukan untuk mendukung operasional dan kebersihan kawasan wisata. Gle Taron dikenal dengan jalur pendakian yang cukup menantang bagi para pengunjung. Terdapat anak tangga yang disusun menuju puncak bukit sebagai jalur utama.

Lukman menjelaskan total jumlah anak tangga mencapai sekitar seribu buah. Namun, pihak pengelola hanya mengelola 420 anak tangga karena sisanya berada di kawasan militer yang ditutup untuk umum. Menurut Lukman, Gle Taron mulai populer sejak dua tahun terakhir. Kepopuleran ini dipicu oleh unggahan seorang selebgram Aceh yang memperkenalkan lokasi tersebut.

Lukman menyebut sebelumnya kawasan ini lebih sering digunakan warga sekitar untuk menggembala ternak. Tangga yang ada saat ini sudah dibangun sebelum bencana tsunami melanda Aceh.

“Dulu waktu kecil kami biasa menggembala sapi dan memotong rumput di sini,” kenang Lukman. “Sekarang wisata ini dikelola oleh Gampong Leu Ue, Kecamatan Darul Imarah, Aceh Besar,” katanya.

Pengelolaan kawasan wisata dilakukan secara swadaya oleh pemuda gampong. Mereka bekerja di bawah koordinasi perangkat desa, termasuk ketua pemuda, bendahara, dan sekretaris gampong. Lukman berharap kawasan Gle Taron bisa ditetapkan sebagai desa wisata resmi. Namun, ia mengakui keterbatasan anggaran masih menjadi hambatan utama dalam mewujudkan hal tersebut.

“Kami sudah berdiskusi dengan pak camat terkait rencana ini,” ujar Lukman. “Rencana ke depan, kami akan musyawarah kembali untuk melihat kemungkinan menjadikan wilayah ini desa wisata,” tambahnya. S

etiap pekan, pengelola rutin membersihkan kawasan dari sampah demi menjaga kebersihan lingkungan. Mereka juga memasang spanduk imbauan agar pengunjung tidak membuang puntung rokok dan sampah sembarangan.

“Setiap sore kami naik ke atas bukit untuk bersih-bersih,” kata Lukman.

Ia mengingatkan agar pengunjung membawa turun sampah mereka demi kelestarian alam Gle Taron.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *