LHOKSEUMAWE – Di balik peralatan praktik yang siap pakai di workshop Politeknik Negeri Lhokseumawe (PNL), munculnya inovasi dan kreativitas para tenaga laboratorium (laboran).
Melalui program Karya Inovasi Laboran (KILAB) 2025 yang didanai oleh Kemendiktisaintek melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Sumber Day , tim PLP dan Laboran PNL yang diketuai oleh Andi Sudirman, dan anggota tim M. Andar Yusri U serta Anwarman, berhasil “meintegrasikan” kembali Robot Milling Process Trainer pada laboratorium otomasi Jurusan Teknik Mesin dengan mengintegrasikan Programmable Logic Controller (PLC) dan Human Machine Interface (HMI), mengubahnya menjadi simulator berbasis industri 4.0 yang cerdas.

Sebelumnya, Robot Milling Trainer yang kendali yang tidak terintegrasi tersebut berdampak pada rendahnya efektivitas kegiatan praktikum, khususnya dalam merepresentasikan skema proses terotomatisasi yang relevan dengan kebutuhan industri masa kini.
Maka dari itu, diperlukan inisiatif untuk merancang ulang sistem kontrol trainer berbasis PLC generasi baru yang didukung oleh tampilan HMI dan membuatnya menjadi optimal untuk melatih mahasiswa menghadapi dinamika industri manufaktur modern.
Melihat peluang itu, tim yang terdiri dari para Praktisi Laboratorium Pendidikan (PLP) dan Laboran dari jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Lhokseumawe tergerak untuk melakukan inovasi. Dengan semangat KILAB 2025, mereka menjadikan robot ini sebagai proyek revitalisasi.
“Tantangan terbesarnya adalah ‘memikirkan’ mesin ini. Kami harus merancang sistem kendali dari nol agar setiap gerakan menjadi terukur, terprogram, dan dapat dikontrol secara real-time,” ujar dosen pendamping, Zulkifli., S.ST., MT., yang juga Dosen Jurusan Teknik Mesin di Laboratorium Otomasi Industri.
Solusinya adalah integrasi PLC sebagai “otak” dan HMI sebagai “sarana komunikasi” dari simulator tersebut. PLC diprogram untuk mengatur seluruh logika kerja, gerakan, dan keamanan operasi mesin. Sementara itu, HMI berupa touch screen dipasang sebagai antarmuka bagi pengguna.
Melalui HMI ini, mahasiswa dapat dengan mudah memilih program, memantau status mesin, dan menjalankan proses milling secara simulasi tanpa harus repot dengan wiring yang rumit.
Inovasi ini berdampak langsung pada peningkatan kualitas praktikum. Mahasiswa kini tidak hanya memahami teori otomatisasi dan proses mesin milling, tetapi juga mendapat pengalaman hands-on dalam mengoperasikan sistem yang terkendali PLC dan HMI yang merupakan sebuah skill yang sangat dicari di dunia industri.
“Hal terbaik dari proyek ini adalah kami berhasil menciptakan alat peraga pendidikan yang efektif dengan biaya yang relatif terjangkau. Ini membuktikan bahwa inovasi tidak selalu harus mahal, tetapi tentang bagaimana kita melihat masalah dan mencari solusi yang cerdas,” tambahnya.
Keberhasilan proyek KILAB 2025 ini tidak hanya sekadar menghidupkan sebuah mesin, tetapi juga menyuntikkan semangat baru bagi seluruh civitas akademika PNL.
Ini menjadi bukti nyata bahwa peran PLP dan Laboran sangat krusial dalam menciptakan ekosistem pembelajaran vokasi yang dinamis, relevan, dan berorientasi pada masa depan.






